h1

Sejarah Festival Rock Indonesia

April 2, 2009

Adalah seorang Ong Oen Log, yang dikenal sebagai
Log Zhelebour pria tambun kelahiran Surabaya 16 Maret 1959 dibalik
sukses terselenggaranya Festival Rock Indonesia sebanyak 11 kali dari
tahun 1984 sd 2007. Jangan lihat sosok fisiknya yang tidak ngerock,
malah cenderung cuek dengan kaos dan celana pendek, tapi spirit rocknya
luarbiasa. Perkenalannya dengan musik rock diawali ketika duduk di
bangku SMP. Setelah lulus dari SMA St Louis Surabaya, 1977, baru dia
memulai kariernya sebagai promotor pergelaran musik rock, didahului
dengan berbagai kegiatan musik disko.

“Saya ingin musik rock
tetap hidup dan terus berkembang. Salah satunya caranya dengan
mengadakan event-event seperti festival rock,” ujar Log. Seperti
diungkapkan, awal tujuannya dari penyelenggaraan festival rock ini
adalah untuk memberi wadah bagi grup rock pemula yang belum sempat
mendapat kesempatan tampil kepermukaan dalam skala nasional. Mereka
inilah yang nantinya akan menjadi regenerasi para seniornya untuk
meneruskan langkah membawa panji-panji rock Indonesia terus jaya.

Log merintis karier promotornya sejak tahun 1979 dengan menggelar
konser grup band kecil hingga menampilkan grup rock papan atas ketika
itu, seperti SAS asal Surabaya dengan Super Kid dari Bandung dalam
pertunjukan yang diberinya judul Rock Power. Setelah itu berlanjut
dengan penyanyi rock wanita Euis Darliah, Sylvia Saartje, Farid Harja
& Bani Adam, serta grup Giant Step.

Dengan sebuah mesin
tik dan mengendarai sepeda motor Honda, Log berusaha meyakinkan
berbagai pihak, termasuk sponsor, tentang usahanya mementaskan musik
rock yang waktu itu rawan kerusuhan. Promosi berbagai produk yang waktu
itu dilakukan hanya sebatas melalui radio dan spanduk. Sementara TVRI,
satu-satunya stasiun televisi, tidak menerima iklan, dan musik rock
nyaris tidak menjadi pilihan sebagai program acara

Remy
Soetansyah (teman kita juga di MP), yang pernah menjadi juri Festival
Rock Indonesia, menyatakan itulah kelebihan Log. Dia bisa melakukan apa
yang tidak dilakukan promotor lain. Sesuai dengan namanya, Zhelebour
(asal kata selebor, yang bisa berarti semaunya, baik dalam berpakaian,
bicara, maupun bertindak), Log memang tidak peduli dengan komentar
orang, apa yang dianggapnya baik, dilakukannya. Sepanjang memimpin
penyelenggaraan Festival Rock Indonesia, dia tidak berpakaian lain
kecuali celana sebatas betis, kaus oblong, dan rompi. Bedanya, kalau
dulu dia bersepeda motor Honda bebek, sekarang dengan sedan BMW plus
sopir.

Dari berbagai festival musik yang diselenggarakan,
mulai dari Festival Lagu Pop Nasional, Lomba Cipta Lagu Prambors, Lomba
Cipta Lagu Dangdut, Kontes Band Yamaha, hingga Cipta Pesona Bintang di
layar kaca (RCTI), ternyata festival musik rock versi Log Zhelebour
yang paling tahan banting. Sementara festival dan lomba yang lainnya
berhenti karena berbagai hal, salah satu di antaranya karena ketiadaan
sponsor. Demikian juga festival musik rock versi Log Zhelebour, dikenal
sebagai Djarum Super Rock Festival. Perusahaan rokok itu mendanainya
sebanyak delapan kali (1984, 1985, 1986, 1987, 1989, 1993, 2001, 2004)
dari 11 kali penyelenggaraannya, dengan diselingi Gudang Garam (1991
dan 2007) dan stasiun televisi Indosiar (1996).

Festival
musik rock versi Log Zhelebour bisa dikatakan adalah ajang musik rock
yang paling bergengsi dibanding festival serupa yang pernah
diselenggarakan. Sejak pertama kali diadakan, dengan nama Festival Rock
se Indonesia mencatat beberapa rekor. Antara lain penyelenggaraannya
secara maraton selama 15 jam nonstop, dari jam pukul 10.30 hingga
01.30. Yang kedua diikuti 30 grup rock dari sejumlah kota di tanah air
yang berlaga di atas panggung terbesar sepanjang sejarah pertunjukan
musik rock di Indonesia waktu itu, 50 X 12 meter.

Log
Zhelebour mengawal festival perdananya ini di lapangan sepakbola 10
November, Tambaksari, Surabaya, hari Minggu 14 April 1984, dengan
dukungan sound-system Lasika yang melayani para peserta yaitu 30 grup
rock dari Jakarta, Bandung, Jawa Timur dan Bali : LCC, Flash Rock,
Amara, Grass Rock, Blues Brothers, Full of Shit, Heaven, Literature
Rock, Vocation, Leizig, Warrock (konon group ini binaan Ucok Aka), Q
Red, Squencer, Heart Breaker, Bom Chankar, Sensitive Band, Mat Bitel,
Nickey Astria, D’Ronners, Smallers Band. Harley Angels, 2nd Smile,
Jamrock, Bissing, Drop Out dan Elpamas. Mereka membawa sebuah lagu
pilihan dan lagu wajib Djarum Super: Oh nikmatnya Djarum Super Filter,
oh sedapnya Djarum Super filter, untuk memperebutkan hadiah Rp. 3 juta.

Para juri terdiri dari penyanyi God Bless Achmad Albar,
penabuh drum Jelly Tobing, gitaris Ian Antono, pemetik bas Arthur
Kaunang, pemain keyboard Abadi Soesman dan seorang wakil dari Depdikbud
(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan) memilih Harley Angles dari Bali
sebagai juara pertama., LCC (Surabaya, juara dua), Elpamas (Pandaan,
juara tiga), 2nd Smile (Jakarta, juara harapan) dan Drop Out (Irian
Jaya, juara favorit), Juga dipilih penyanyi terbaik Bambang (Harley
Angles), penyanyi terbaik wanita Chetty WS (LCC), pemain bas terbaik
Indrawan (Harley Angels), penabuh drum terbaik Budi R (Jamrock,
Bandung) dan pemain keyboard terbaik Andy (2nd Smile). Hanya saja
kiprah sijuara pertama Harley Angels sampai sekarang tidak pernah
muncul kemana mereka, mungkin teman-teman MP ada yang tahu
keberadaannya.

Meskipun tidakmasuk final atau menjadi juara,
sejumlah pesertanya justru berhasil berkarir dalam industri musik.
Salah satu contoh, grup Jamrock (yang sekarang dikenal dengan nama
Jamrud) waktu itu hanya masuk final. Mereka terdiri dari Aziz MS
(gitar), Ricky Teddy (bas), Agus (dram) dan Oppi (vokal).

Keberhasilan
Log dengan festival perdananya tahun 1984 menyebabkan Djarum Super
kembali bersedia memberi dukungannya untuk pelaksanaan festival tahun
berikutnya, 1985, yang dijuarai grup rock asal Pandaan, Malang,
Elpamas. Elpamas yang merupakan kepanjangan “Elek-Elek Arek Pandaan
Mas”menelorkan gitaris handal Totok Tewel, yang kemudian banyak
bekerjasama dengan berbagai musisi dan grup, antara lain Kantata Takwa
pimpinan pengusaha yang suka musik Setiawan Djody. Grup ini beranggota
sejumlah pemusik kondang seperti Jockey Soeryoprayogo, Inisistri, Donny
Fattah, Iwan Fals, Sawung Jabo dan Rendra tahun 1989 hingga sekarang.
Sementara Grass Rock hanya beruntung memperoleh juara III dan Rere
memperoleh gelar The Best Drumer.

Baru pada penyelenggaraan
Festival Rock Indonesia yang ke III pada tahun 1986, juaranya adalah
Grass Rock dari Surabaya, saat itu vokalisnya adalah Zulkarnain. Rere
pun kembali menyabet gelar The Best Drumer. Mereka lantas memperoleh
kesempatan dari Log Zhelebour untuk mengikuti tur 10 kota untuk
mengiringi God Bless. Grup rock Slank juga masuk final, tapi hanya
berhasil menjadi juara hiburan.

Tahun berikutnya 1987 pada
penyelenggaraan ke IV, giliran Adi Metal Rock Band (Surabaya) sebagai
juaranya, sama seperti Harley Angels, Adi Metal Rock Band sampai
sekarang tidak tahu rimbanya. Lagu yang sempat hits mereka diantaranya
Revolusi Kaisar dan Mereka Menantimu.

Sayangnya
penyelenggaraan Festival Rock Indonesia I sd IV, belum dikeluarkan
album rekaman 10 finalis Festival Rock Indonesia tersebut, akibatnya
penikmat musik kayak kita-kita ini tidak bisa menikmati hasil cipta
lagu kesemua finalis tersebut.

Baru pada penyelenggaraan
Festival Rock Indonesia ke V Tahun 1989, lewat Logiss Records (Logiss
adalah gabungan dua nama, LOG (Log Zhelebour) dan ISS (Iwan Sutadi
Sidarta), perusahaan rekaman Log Zhelebour yang bekerjasama dengan Iwan
Sutadi Sidarta dengan benderanya Indo Semar Sakti, yang memayung
perusahaan rekaman King Records, Billboard, Aruna dan Buletin
Intrernasional, mulai merekam 10 lagu finalis yang ke V, dimana juara
nya pada saat itu adalah Power Metal (Surabaya), Hendrix Sanada juga
terpilih sebagai the best bassist. Lucky Setyo W gitaris Andromedha
Rock Band memperoleh The best guitaris. Menariknya saat itu vokalis
Power Metal bukan Arul,tetapi adalah Pungky, saat itu Arul juga ikut
Festival Rock Indonesia ke V sebagai Vokalis Big Boy (Banjarmasin) dan
meraih vokalis terbaik dengan lagunya Polusi Kehidupan. Grup band yang
dianggap rival terberat Power Metal saat itu adalah Andromedha
(Surabaya), Kaisar (Solo) dan Roxx (Jakarta). Kemenangannya ini
sekaligus menjadi awal perjalanan karier Power Metal menembus dunia
rekaman.

Pada Festival Rock Indonesia ke VI, yang diadakan
tiga tahun kemudian tahun 1991, Log menggandeng Gudang Garam sebagai
penyandang dana. Semifinal yang diadakan di Malang dan final di
Surabaya, mengusung grup rock Kaisar dari Solo sebagai yang terbaik.
Sayangnya Kaisar juga bernasib sama tidak terdengar gaungnya sampai
ekarang, padahal lagunya cukup bagus seperti kerangka langit dan garis
bintang.

Djarum Super baru kembali mendukung Log pada
festival yang ke tujuh dua tahun kemudian yaitu tahun 1993. Grup yang
menjuarainya kali ini adalah Andromeda Rock Band dari Surabaya, namun
finalnya diselenggarakan di Yogyakarta.

Namun pada tahun
1996, Djarum Super absen dan Log bekerjasama dengan stasiun televisi
Indosiar. Festival yang ke delapan ini juaranya adalah grup rock Teaser
asal Temanggung.

Setelah itu selama lima tahun festival ini
ditiadakan, karena kondisi ekonomi, politik dan sosial negara kita
waktu itu. Baru pada tahun 2001 Djarum Super kembali bersedia menjadi
pandukung festival yang ke sembilan. Kali ini festival diawali dengan
menjaring grup-grup dari setiap propinsi, sehingga tidak heran jika
pesertanya berjumlah sampai ratusan grup. Dari semua itu dipilih
sebanyak 25 grup untuk masuk ke semifinal dan kemudian 10 grup terbaik
bertarung di babak final. Yang mejadi juara kali ini adalah grup U9
dari Kediri.

Dengan sistim yang sama festival musik rock
versi Log Zhelebour kembali berlangsung untuk ke 10 kalinya tahun 2004
dan berhasil menjaring 800 grup di 18 propinsi. Untuk ke 10 kali dalam
kurun waktu 20 tahun, festival musik rock versi Log Zhelebour
berlangsung di Stadion Tambaksari Surabaya, 10-11 Desember 2004.
Semifinal pada hari pertama diikuti 25 grup dari 18 propinsi: Sumatera
Barat (Cadenza, Pane), Sumatera Utara (Child Band), Nanggroe Aceh
Darussalam (Manggots), Sumatera Selatan (Tahta Band, Metafora), Jawa
Barat (Ferari, Mujizat), Jawa Tengah (Mr. B), Yogyakarta (Reload), Jawa
Timur (The Break, Kobe, Daun), Bali (CTC Band, Big G 256), Sulawesi
Selatan (Loe Joe, Indonesia Baru), Sulawesi Utara (Virgin ‘N
Untouchable), Sulawesi Tengah (Traxtor), Jakarta (Kanda), Banten (Take
Over), Kalimantan Timur (Eldee Cool), Kalimantan Barat (Paris 208),
Kalimantan Selatan (Mr. X), dan Kalimantan Tengah (Mario Bross). Setiap
grup rata-rata menghabiskan waktu sekitar 15 menit untuk membawa dua
lagu (wajib dan pilihan) dan persiapan alat musik. Alhasil penampilan
ke 25 grup itu memakan waktu tidak kurang dari enam jam dan total
menjadi tujuh ditambah break sholat magrib. Jarum jam menunjukan pukul
23.30 WIB ketika juri mulai bersidang untuk menjaring 10 grup yang
pantas masuk final keesokan harinya. Sementara menunggu, band asal
Kediri, U9, juara Djarum Super Rock Festival IX mengibur penonton yang
kelelahan. Mendekati pukul 01.00 dewan juri yang terdiri Artur Kaunang
(musisi), Mel Shandy (penyanyi), Remy Sutansyah si teman kita nih
(wartawan), Bens Leo (wartawan), Yoyok (grup Padi), Raymond Ariaz
(Power Metal), Arul Efansyah (Power Metal), Jockie Suryoprayogo
(musisi), Ian Antono (musisi), dan Hubert Hendri (Boomerang)
mengumumkan 10 finalis, yakni Take Over (Banten), Daun Band (Kediri),
Mujizat (Bandung), Indonesia Baru (Pinrang), Eldee Cool (Samarinda), Mr
X (Banjarmasin), Mr B (Klaten), Kanda Band (Jakarta), Kobe (Sidoarjo)
dan Loe Joe (Makasar). Acara yang dimulai pukul 17.00 WIB baru berakhir
menjelang pukul 01.00 dini hari.

Ke 10 finalis itu berlaga
dihadapan sekitar 15.000 penonton yang memadati Stadion Tambaksari pada
malam kedua. Semuanya berusaha. tampil seekspresif mungkin,. Tapi
sayang beberapa peserta kelihatan kehabisan stamina dan tidak mampu
bermain sebaik ketika di semifinal. Yang menonjol adalah aksi Billy,
gitaris Mujizat Band yang mempertontonkan penguasaan alat musik dan
lagu yang prima, baik lagu wajib maupun lagu pilihan. Tidak heran jika
Billy dan grupnya menjadi pilihan para juri, hingga mampu mengatasi
kesembilan grup lainnya.

Para juara Djarum Super Festival
Rock Indonesia ke-X di Stadion Tambaksari Surabaya, 10-11 Desember 2004
adalah: Mujizat Band (Bandung, juara 1), Take Over (Banten, juara 2),
Loe Joe (Makasar, juara 3), Mr. X (Banjarmasin, juara harapan), Daun
Band (Kediri, juara favorit), Kobe (Sidoarjo, best performance), Billy
(Mujizat Band, best guitarist), Ewin (Indonesia Baru Band, best
drumer), Erwin Way (Mujizat Band, best bassist), Nora (Daun Band, best
keyboard) dan Damar (Take Over Band) sebagai penyanyi terbaik.

Pada Festival Rock Indonesia ke XI Tahun 2007, Gudang Garam kembali
mensponsori penyelenggaraan event tersebut dan disiarkan langsung oleh
Indosiar. Band asal Salatiga, Workstation akhirnya berhasil menjadi
jawara GGRC Minggu malam (17/06) di Gelora Bung Karno. Selain
menggondol uang tunai 50 juta rupiah Workstation juga mendapat jatah
rekaman album dari Log Zhelebour. Juara kedua diambil band CCCC asal
Surabaya (Rp 40 juta) dan juara ketiga adalah Yello (Rp 30 juta).
Sementara itu Parcel menjadi band favorit lewat polling sms. Sedangkan
band dengan best performance diraih band asal Bandung Alas Roban,
sementara juara harapan disabet Peacepot. Acara sendiri berlangsung
lancar sejak pukul 12.00. Para penonton terhanyut dengan aksi para band
peserta. Tak ketinggalan aksi panggung lainnya dari band-band yang
sudah punya nama seperti Boomerang, Jamrud, J Rock, dan juga dihadiri
rocker gaek Achmad Albar.

Tinggalkan komentar